This is my world…

Posts tagged “Angst

UGLY | Part 1 |

Title                       : UGLY

Author                  : Sastya Maharani a.k.a Ai_ELF

Rating                   : NC-17 (Soft NC)

Length                  : Series,Short Story

Genre                   : Life, Friendship,AU,Angst,Romance Drama

Cast                       :

– Super Junior’s Lee Donghae a.k.a Donghae

– Super Junior’s Lee Hyuk Jae a.k.a Hyukjae

– Sherry Van Der Saar (OC)

Disclaimer           : I’m only own the plot of this story. The characters are belongs to themselves. Please do no copy without permission.

Warning               : Karena ini NC,jadi yang gak suka gak usah baca. Yang gak suka straight juga jangan baca. Ini cuma soft NC,jangan harap NC-nya akan begitu hot-nya karena NC di sini hanya membantu mendalami cerita dan kisah para pemainnya. No bashing,okay? ^^

 

***

Hinakah aku?

Mungkin iya…

Di mata mereka…

Aku ini hanya sampah…

Tak berpengaruh…

Juga tak patut hadir di dunia ini…

Hingga aku berpikir bahwa diriku memang begitu buruk…

Mereka berkata bahwa aku ini begitu hina,seperti binatang…

Binatangkah aku?

Mereka bilang aku hanya seperti binatang yang tak punya otak dan tak bisa berpikir

Begitukah? Lalu ketika aku berpikir mengapa mereka berkata begitu… inikah yang mereka sebut otak dan pikiran?

Mereka bilang aku ini hanya sampah. Dihina pun tidak mengerti dan tidak tersakiti

Karena mereka berkata aku tak punya perasaan…

Lalu,saat aku menangis sedih…

Sampahkah aku?

Aku sedih…ini sebuah perasaan…

Kini aku hanya akan diam…

Merekalah manusia-manusia yang pada dasarnya tidak punya hati…

***

Tempat yang berhiaskan lampu yang berkedip-kedip ini terasa begitu gelap. Apa mungkin karena hidupku memang sudah penuh kegelapan?

Aku memandang lelaki itu. Lelaki yang tengah menyesap minuman keras dalam gelasnya. Sesekali dia mengusap ujung hidungnya. Dan sedetik kemudian asap rokok terlihat mengepul dari bibirnya.  Dia kini memandangku,pandangan yang sesungguhnya membuatku tidak nyaman. Seringai muncul di sudut bibirnya. Aku hanya diam dan memandanginya,masih tak bergeming dari sofa yang aku duduki. Lelaki itu mulai melangkah ke arahku,langkah yang tak bisa kudengar karena suara bising di tempat yang disebut surga duniawi ini.

Terasa sebuah sentuhan mendarat di pipiku. Sekejab kemudian aku merasakan bibirku terasa basah,basah akan nafsu. Lelaki itu mendorongku pelan hingga tubuhku menempel di sofa,lalu mencumbuku dengan ganas. Tangannya mulai bergerak menelusuri tubuhku, bergerak lembut menyentuh payudaraku yang ranum. Ciumannya kini turun menuju leherku,dan tangannya mulai panas dan berangsur membuka satu persatu kancing baju yang aku kenakan…

Sepertinya malam ini akan ada sebuah pesta…

***

Sekarang sudah jam 3 pagi. Aku melangkah meninggalkan klub malam tempatku bekerja. Masih terasa lelah dan sakit setelah pekerjaanku malam ini. Namun aku memaksakan diri untuk pulang ke rumah. Kulihat sebuah taksi yang melaju ke arahku, dan segera saja aku memberhentikannya. Dengan nyaman aku duduk di dalam taksi yang mulai melaju membelah jalanan di kota Seoul ini. Jalanan masih sepi,hanya ada beberapa kendaraan yang melaju. Aku menyandarkan tubuhku di kursi,membuat diriku senyaman mungkin. Pandanganku teredar ke jendela di samping kananku. Pemandangan yang berlalu dengan cepat seiring laju taksi yang aku naiki. Pikiranku melayang,memikirkan hal-hal yang terjadi dalam kehidupanku ini. Bukankah kehidupan juga berjalan secepat pemandangan dalam tangkapan bola mataku ini?

Butir-butir kenangan akan masa laluku mulai muncul kembali dalam ingatanku. Bayangan-bayangan kelam hidupku mulai menghantuiku lagi. Lagi dan lagi…untuk kesekian kalinya.

“Nona,sudah sampai,” Sopir taksi tersebut membuatku tergugah dari lamunanku. Aku mengerjab dan tersadar, lalu aku segera melangkah keluar setelah membayar.

Aku menyeret kakiku masuk ke apartemenku. Masih berusaha mengendalikan pikiranku. Mengendalikan hatiku yang kini terasa begitu lemah. Dengan tenaga yang sedikit tersisa di tanganku,aku memutar kunci pintu apartemenku. Melangkah masuk lalu menutup rapat pintu apartemenku. Dengan segera aku merebahkan tubuhku di tempat tidurku yang nyaman. Aku memandang langit-langit kamarku,menatap sendu ke langit-langit kamar yang membisu. Aku pejamkan mataku… berusaha melupakan beban hidupku…

***

Waktu menunjukkan pukul 7 pagi. Aku terbangun dengan malas. Setengah nyawaku seolah masih melayang meninggalkan ragaku. Namun,aku memaksakan diri untuk bangun. Aku melangkah ke kamar mandi dan segera bersiap untuk berangkat ke kampus. Tempat yang sejujurnya paling tidak nyaman bagiku. Tempat yang penuh tekanan bagiku.

Aku menatap bayangan diriku dalam cermin. Merapikan pakaian yang aku kenakan lalu bergegas menyambar tas di kursi rias. Dengan segera aku berangkat ke kampus. Sampai di sana suasana belum begitu ramai. Aku duduk di kursi paling belakang,dan segera larut dalam sebuah novel yang tengah kugenggam.

Kelasku benar-benar masih sepi. Hanya ada beberapa tas namun taka da pemiliknya. Namun,beberapa saat kemudian terdengar bunyi langkah kaki yang semakin mendekat…

***

“Donghae,aku pinjam tugasmu sebentar…”

“Kau ini…baru saja sampai kelas sudah meminjam tugas.”

“Ayolah…ya?”

“Ini…”

Itu Donghae dan Hyukjae,mereka teman sekelasku. Teman,ya… Di kelas ini hanya mereka yang bisa aku anggap teman—walau entah mereka menganggapku teman atau tidak. Di kelas ini,mereka tahu apa pekerjaanku. Entah darimana mereka semua tahu. Dulu mereka—teman sekelasku—sering memakiku,mencemoohku. Kini tidak lagi,namun bukankah begitu sakit? Keberadaanku tak pernah dianggap. Bagi mereka semua aku hanya angin lalu. Bagi mereka,aku terlalu hina untuk disadari keberadaannya.

Benar. Memang benar jika semua orang berkata aku ini pelacur. Benar. Memang benar jika pekerjaan hina adalah yang aku jalani. Tapi,ini bukan kemauanku…

Sungguh…

Bukan keinginanku…

Tapi alasan mendasar mereka membenciku adalah karena aku berdarah campuran. Di Korea ini banyak yang membenci orang yang blasteran seperti diriku. Tanpa alasan. Namun seperti itulah adanya.

***

“Hey,jangan melamun! Hyukjae!”

“Apa?”

“Kau ini malah melamun,bukannya mengerjakan tugasmu.”

“Ah,iya ya…” Hyukjae hanya bisa menjawab kaku. Bingung apa yang harus dia katakan karena dia memang sedang melamun sebenarnya. Lebih tepatnya melamunkan seseorang—yang ada di depan matanya.

Donghae pergi keluar kelas,dan Hyukjae kembali tenggelam dalam lamunannya. Memperhatikan gadis itu. Sherry,teman sekelasnya. Gadis manis yang berwajah sendu itu telah merenggut perhatian Hyukjae. Gadis blasteran Korea dan Belanda itu memang telah merenggut hati Hyukjae.

Gadis manis bermata biru gelap itu seolah tidak menyadari jika sedari tadi ada seorang yang terus memperhatikannya. Memperhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Segalanya dari Sherry tertangkap jelas dalam pandangan Hyukjae. Rambutnya yang tergerai indah sebahu,matanya yang sayu nan indah,bibir tipisnya yang indah dan selalu basah,tubuhnya yang putih mulus,semuanya memang begitu indah untuk dilewatkan oleh Hyukjae. Namun,sepertinya Hyukjae harus sadar dari lamunannya. Kini kelas semakin ramai dan beberapa orang menghalangi pandangan Hyukjae terhadap Sherry.

Tak lama kemudian kelas dimulai dan semua larut dalam konsentrasi masing-masing.

***

Senja turun menghiasi langit. Semua berhamburan pulang. Namun berbeda denganku. Ini saatnya aku bekerja. Aku membawa tubuhku menuju tempat kerja. Setelah perjalanan yang singkat aku sampai di tempat ini. Aku menuju ruang ganti,mengganti pakaianku. Aku membalut tubuhku dengan sebuah mini dress berwarna hitam. Mini dress dengan model v-neck dan terbuka di punggungnya, yang sedikit banyak mengekspos tubuhku tentu saja. Aku mengganti sepatu ketsku dengan high heels berwarna senada dengan pakaianku. Dan aku berjalan menuju klub yang mulai ramai pengunjung.

Aku meminta segelas wine pada bartender. Dan bartender itu bergumam pelan, “Sherry yang segar untuk gadis secantik dirimu, Sherry,” katanya sembari tersenyum simpul. Dia tahu kesukaanku,wine dengan merk yang sama dengan namaku,sherry.

Aku meneguk wine yang ada di tanganku. Menyesapnya sedikit demi sedikit. Membiarkan hangat minuman tersebut menjalari kerongkonganku. Sembari membiarkan tetes demi tetes minuman tersebut mengaliri mulutku,aku mengedarkan pandangan ke penjuru klub ini.

Aku kembali meneguk minumanku, dan beberapa saat kemudian pikiranku terbang ke saat pertama aku datang ke tempat ini. Aku masih meneguk minumanku,membiarkan bulir-bulir minuman ini mengalir seperti kenanganku.

Dua tahun lalu,kegelapan mulai merajai kehidupanku. Tak ada lagi cinta dan kasih sayang saat itu…

Orang tuaku beradu mulut di suatu malam,ibuku tak henti-hentinya menangis dan memaki ayahku—yang dituduhnya berselingkuh. Sejak malam hari dua tahun yang lalu itu,aku mulai merasakan sesuatu berubah. Ada yang kurang dalam hidupku. Aku bahkan sudah seperti tidak punya keluarga. Seminggu setelah malam itu terlewati,ibuku pergi…untuk selamanya. Beliau meninggal karena sakit—terlalu memikirkan ayah. Dan selang 3 hari,perusahaan ayahku bangkrut. Bukannya memperbaiki keadaan,ayahku malah menjadi stress dan bermain dengan wanita-wanita penghibur di luar sana. Aku hanya diam. Tak bisa mencegahnya lagi.

Berhentikah penderitaanku dan keluargaku sampai situ? Tidak. Ini baru awalnya. Penderitaanku baru dimulai saat itu. Setelah ayahku bangkrut,utangnya menumpuk dan tidak bisa dia bayar. Utang pada seorang rentenir yang merupakan pemilik klub tempatku bekerja.

Malam itu tampak begitu indah dengan hiasan darah segar yang mengalir dalam tubuh ayahku. Ayahku yang tak kuat menanggung beban hidup akhirnya bunuh diri dengan mengiris nadi lehernya. Lucunya,aku sudah benar-benar tidak bisa menangis. Dan malam itu juga seorang datang ke rumahku. Pemilik klub itu,dia dan beberapa pengawalnya mengambil surat-surat berharga keluargaku. Dan satu lagi,mereka juga membawaku paksa. Mereka berkata aku harus melunasi utang ayahku. Dengan cara menjual diri. Jangan bertanya kenapa aku mau. Bukan mau yang sesungguhnya,tapi hanya terpaksa. Berkali-kali aku ingin melarikan diri. Namun nyatanya aku tak bisa lepas. Mereka selalu menemukanku. Sejak malam itu,air mataku sudah tak bisa mengalir. Sejak malam itu aku tak pernah percaya pada cinta. Tak ada cinta di dunia ini,tak ada kasih sayang. Yang ada hanya uang yang berkuasa.

Sejak hari itu aku menjalani hidupku sendiri. Tanpa teman,tanpa keluarga. Sulit bagiku untuk sekadar tersenyum. Dunia ini begitu kejam. Hidupku begitu menyakitkan. Semua orang mencariku hanya untuk memanfaatkanku,hanya untuk menikmati tubuhku. Aku marah! Sungguh aku marah. Aku mengutuk seisi dunia. Tak ada yang mempedulikan diriku. Aku benci pada semua orang,bahkan aku sedikit banyak telah membenci Tuhan. Adilkah Dia jika hidupku selalu begini? Aku tidak tahan lagi… haruskah aku mengakhiri hidupku jika ingin terbebas dari semua ini? Haruskah?

***

 

To Be Continued

 

okeeeee….

karena ceritanya akan lumayan panjang….jadi saya buat series ya ^^

yang baca wajib komen+like. kalo ga dapet banyak komen sama like,ga saya lanjutin. kalau nanti saya post lagi part 1,maklum ya…mungkin di tengah jalan saya mengubah jalan cerita karena terlalu banyak ide buat FF ini.

I hate silent readers 😛

 

thanks.