This is my world…

Archive for June 24, 2011

Our Guardian Angel | One Shoot |

Our Guardian Angel

by Mg Ajeng

 

Annyeong onnie, oppa, chingu, saeng 🙂

Akhirnya saya bikin FF dan FF ini saya bikin dadakan semalam karena saya lagi galau 🙂

 

Cast :

Park Jungsoo : Park Jungsoo / Leeteuk “Super Junior”

Shin Joo Seung / Park Joo Seung : Joo

 

Genre : Family Oneshoot

 

Silahkan dibaca 🙂

 

————————————-

 

You’re not just their angel, you’re our angel.

Our guardian angel forever.

 

“Joo!! What are you doing?” seorang namja meneriakiku. “Waeyo?” Aku menatapnya tajam namun dia hanya terdiam melihatku. Namja itu hanya memandangku saja dan aku hanya menatapnya. Kami saling menatap lama sekali dan dia akhirnya mengalihkan pandangannya. Tatapannya sangat menyeramkan namun aku tak takut padanya.

 

Dia selalu seperti itu padahal kalau di luar rumah, dia menjadi sosok yang menyenangkan bagi orang lain. Dia ayahku, namanya Park Jungsoo. Aku sangat mencintainya sebagai ayahku dan akan selalu begitu. Banyak orang menganggap bahwa kami tak seperti ayah dan anak namun seperti seorang gadis muda dengan lelaki yang sangat tua.

 

Wajah ayahku memang bukan seperti ayah dan dia bukanlah ayah kandungku namun ayah angkatku. Namaku Shin Joo Seung dan aku dipanggil Joo. Dia bukanlah “ayah”ku namun aku sudah menganggapnya sebagai ayah. Dia adalah orang pertama yang selalu aku hubungi saat aku membutuhkan seseorang dan aku sangat menyayanginya sebagai ayah.

 

Aku disuruh berganti marga menjadi Park dan kuturuti kemauannya, sekarang namaku Park Joo Seung. Sifatku dengannya sangat bertolak belakang. Ayah itu sangat cerewet sekali bahkan melebihi seorang yeoja tapi kalau ayah sedang sangat perhatian maka perhatiannya itu bisa melebihi apapun.

 

Umurku dengan ayah hanya berjarak 10 tahun, karena itulah banyak orang menyangka kami berpacaran padahal dia adalah ayahku. Kujelaskan berulang-ulang pada orang-orang yang bertemu denganku tapi mereka tak percaya hingga kuputuskan untuk diam saja saat mereka bertanya.

Ayah selalu kerja setiap hari seperti tanpa lelah. Aku tahu ayah pasti kelelahan karena pernah kulihat ayah hampir pingsan namun dia selalu mengelak saat kutolong hingga aku jengkel dibuatnya. Bahkan aku pernah berteriak di depannya, “Kenapa ayah selalu terlihat kuat bagi orang lain?! Aku anakmu ayah! Jangan terlihat bodoh di depan anakmu sendiri!”

 

Reaksi yang kudapatkan adalah ayah hanya memandangku dalam diam dan berlalu ke kamar. Aku hanya terdiam saja melihatnya. Kuketuk pintunya pelan dan aku masuk. “Appa? Gwenchanayo?”

“Ne gwenchana. Duduk sebelah ayah.”

Aku duduk di sampingnya dan ayah memelukku erat sekali. Tanpa kusadari ternyata ayah menangis dan semuanya terjadi dalam diam. Aku berniat untuk menanyakan keadaannya namun kuurungkan karena aku hanya ingin menjadi bahu untuknya.

 

Cukup lama ayah menangis dan aku hanya bisa memeluknya. Setelah ayah agak tenang, aku memandangnya dan ayah tersenyum. Senyuman yang sangat dipaksakan. Aku menyuruh ayah untuk tidur saat itu dan memberikan kecupan selamat malam. Di pikiranku saat itu adalah ayah adalah seseorang yang kuat.

 

Setelah kejadian itu, aku tak pernah melihat ayah lemas lagi. Seakan-akan aku hidup dalam sebuah skenario drama. Ayah pergi pagi dan pulang esok paginya. Aku hanya melihatnya saat sarapan dan saat aku bangun. Wajah lelah itulah yang selalu kulihat namun wajah itulah yang memberikan aku kehidupan hingga saat ini. Walaupun dia bukan ayah kandungku tapi janjinya untuk menjadi seseorang yang terbaik pun sudah terpenuhi.

 

“Ayah, apakah aku boleh ikut denganmu ke konser? Bolehkah aku menemanimu?”

“Untuk apa? Ayah sibuk sekali sayang, kau di rumah saja.”

“Ayah, aku bosan di rumah.”

“Baiklah.”

Kami berdua menuju stasiun TV dan sepanjang perjalanan ayah terus menasihatiku bahwa aku tak boleh bermain-main terlalu jauh. Aku memandangnya dan mengatakan bahwa umurku sekarang 17 tahun. Ayah hanya tertawa saat aku mengatakan hal itu dan dia mengacak-acak rambutku.

 

Sampailah kami di stasiun TV dan ayah langsung menggandengku. Kulihat banyak yeoja menatapku seakan ingin membunuh namun aku cuek saja kan mereka tak tahu bagaimana hubungan kami sebenarnya walaupun sudah berulang kali kujelaskan.

 

Kami pun tiba di ruangan di mana ayah dan anggota Super Junior bersiap-siap. Kulihat satu per satu anggota Super Junior dan di otakku adalah kenapa mereka bisa selalu tersenyum padahal mungkin aku tahu mereka lelah. Ayah melihat tatapanku dan dia tersenyum penuh arti. Aku duduk dan hanya melihat mereka semua. “Joo? Kau benar tak apa-apa di sini sendirian?”

“Tak apa ayah. Tunjukkan yang terbaik bagi mereka.”

 

Ayah pergi meninggalkanku diikuti anggota Super Junior yang lain. Aku hanya diam saja di ruangan hingga bosan menghampiri. Kulangkahkan kaki ke luar dan menuju belakang panggung. Aku melihat dengan jelas bahwa ayah terlihat sangat gembira, senyuman itu sangat tulus.

 

Hampir satu jam aku diam saja di belakang panggung dan melihat bagaimana ayah menghibur fansnya bersama Super Junior. Lelah hanya melihat, aku kembali ke ruangan tadi. Kurebahkan badanku dan tertidur. Sepertinya aku tertidur cukup lama hingga tak sadar kalau sekarang aku berada di gendongan ayah. Ayah menggendongku di punggungnya, “Ayah, turunkan aku. Aku malu dilihat banyak orang.”

“Kau diam saja, Joo. Tidur dan peluk ayah sekarang.”

Aku menurutinya karena kutahu kalau ayah sudah bicara dengan nada seperti itu berarti selanjutnya ayah akan semakin galak.

 

Bertahun-tahun bersamanya membuatku hafal apapun kebiasaan ayah. Tapi, aku tak menyangka bahwa hari itu aku akan bertengkar hebat dengannya. “Ayah, bagaimana kalau kita liburan?”

“Kau tahu kalau ayah sibuk kan? Maaf sayang.”

“Kumohon ayah, berliburlah bersamaku.”

“Joo, ayah sibuk.”

Nada suaranya yang semula ramah menjadi tinggi. Aku kaget mendengar perubahan nada suaranya namun aku tetap bersikeras mengajaknya berlibur.

 

“Ayah! Lihatlah bagaimana lelahnya dirimu yang selalu menghibur orang lain tapi ayah tak pernah menghibur diri sendiri. Semuanya palsu bagiku! Seorang Leeteuk di luar itu bukan ayah! Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua denganmu walaupun kau hanya kuanggap sebagai ayah dan kutahu kalau kau terpaksa tapi aku hanya ingin melihatmu tertawa bahagia. Tawa yang sesungguhnya bukan tawa palsu.”

Ayah yang mendengar semua itu langsung berdiri dan menatap mataku tajam. Tatapan ini sangat kubenci dan tatapan ini mampu membuatku menangis. Kualihkan mataku dan aku berniat pergi darinya namun tanganku ditahan.

 

“Lihat ayah! Lihat ayah sekarang!” Ayah membentakku dan itu adalah hal yang kubenci. Aku tak berani menatapnya karena aku tak ingin menangis. Ayah menarik tanganku dan tetap berteriak untuk menyuruh menatapnya. “Joo! Lihat ayahmu!” Kutatap matanya dan di sana ada pancaran kemarahan. Kutahan tangisku karena aku ingin terlihat kuat walaupun aku takut.

 

Ayah melepas tanganku, “Ayah memang bukan ayah kandungmu dan ayah sangat senang saat kau meminta untuk menjadi ayah bagimu.”

“Ayah……………………..”

“Maaf kalau ayah belum menjadi ayah terbaik untukmu. Apa yang kau katakan barusan semuanya benar, Joo. Leeteuk di luar sana adalah palsu dan Park Jungsoo yang berada di hadapanmu ini asli. Kau tahu kalau ayah sebetulnya lelah untuk berpura-pura dan ayah ingin menangis saat ayah tidak bisa menjadi yang terbaik bagi mereka.”

Bukan kata-kata itu yang ingin kudengar. Aku memandangnya dan kulihat ayah memandangku. Senyuman tulus itu ada di wajahnya sekarang. “Ayah, kau adalah ayah terbaik bagiku. Selisih umur kita hanya 10 tahun dan itu seharusnya tidak membuat kita menjadi seperti ayah dan anak namun aku sangat membutuhkanmu seperti ayahku sendiri. Menurutku, kau palsu saat menjadi Leeteuk dan pribadi itulah yang tidak kukenal karena aku hanya mengenal pribadi Park Jungsoo.”

“Ayah berusaha untuk menjadi yang terbaik. Berusaha untuk menjadi seorang leader di Super Junior dan menjadi ayah bagimu. Itu adalah dua hal yang sangat berat, Joo. Ayah tahu kau akan mengatakan hal ini suatu saat nanti dan ayah sangat paham mengapa kau mengatakan itu.”

 

Setelah mengatakan hal itu, ayah berlalu dari hadapanku. Aku hanya terdiam memandang punggungnya yang pergi menjauh. Rasanya ingin menangis tapi air mataku tak mau turun. Air mataku terlalu egois untuk jatuh dan terlalu angkuh untuk mengakui semuanya. Mengakui bahwa sebetulnya aku hidup dalam sebuah drama di mana aku berhadapan dengan orang yang memiliki dua kepribadian serta kehidupan.

 

Hari-hari berlalu seperti biasa seperti tidak terjadi apa-apa di antara kami beberapa waktu yang lalu. Ayah tetaplah ayah yang biasanya dan ayah tetap memiliki dua kehidupan.

 

Tiba-tiba terpikir olehku sebuah ide untuk membuatnya tersenyum dan mengingat sebuah hal penting. Aku merencanakan semuanya sendirian dan berharap ayah akan menyukainya. Malam tak kunjung tiba hingga aku tertidur. Saat aku terbangun, aku melihat ayah sudah memandangku dan tersenyum. Aku heran dibuatnya, “Kenapa ayah? Kenapa memandangku seperti itu?”

“Kapan kau menyiapkan semuanya? Kenapa ayah sampai tak tahu kau melakukan ini semua?”

Kulihat ayah menenteng sebuah sayap berwarna putih dan sebuah kartu ucapan. Kutegakkan badanku dan aku memandang ayah memakai sayap itu serta membaca kartu dariku.

“Ayah, maaf kalau aku harus melakukan ini semua tanpa memberitahumu. Niatku hanya satu yaitu ingin membuatmu tersenyum. Sebuah senyuman tulus, ayah. Hanya itu yang kuinginkan. Aku tahu ayah dijuluki ANGEL WITHOUT WINGS maka aku memberikanmu sayap agar kau bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki sayap. Konyol ya ideku? Kumohon tersenyumlah ayah. Maafkan perkataanku beberapa waktu yang lalu. Aku mencoba untuk hidup dalam dua kehidupanmu dan sebetulnya itu sudah kulakukan hanya saja aku tak ingin mengakuinya. Ayah, siapapun dirimu baik itu Leeteuk maupun Park Jungsoo namun bagiku kau adalah ayah terbaik. Seorang ayah yang bisa membuatku tersenyum dan menangis. Aku sangat mencintaimu, ayah.”

 

Ayah hanya melihatku dan air mata menggenang di pelupuk matanya. Aku berjalan menghampirinya dan memeluknya. Ayah mengucapkan terima kasih padaku dan aku hanya mengangguk dalam pelukannya. Kuajak ayah keluar dan menatap bintang bersama.

“Ayah, lihatlah bintang itu.”

“Kenapa dengan bintang itu?”

“Kau hampir mirip bintang itu walaupun bintang hanya muncul saat malam dan ayah selalu muncul dari pagi hingga malam tapi kesamaan kalian adalah kalian selalu menerangi.”

Ayah mengelus rambutku pelan dan aku tersenyum menatapnya. “Suka dengan sayapnya?” Ayah menganggukkan kepalanya. Aku dan ayah memandang bintang dan tiba-tiba aku berteriak, “Ayah! Kau adalah malaikat penjagaku! Kau tidak hanya malaikat penjaga bagi Super Junior dan ELF namun kau adalah malaikat penjaga untuk kami semua! You’re OUR GUARDIAN ANGEL!!!”

 

Ayah menutup mulutku dan aku hanya meronta. “Ayah, lepaskan!” Ayah melepas tangannya, “Kau ini yeoja! Jangan berteriak seperti itu!”

“Aku hanya ingin meneriakkan itu.”

Sebuah jitakan mendarat di kepalaku dan berikutnya aku dimarahi oleh ayah. Ayah berkata bahwa seharusnya tidak boleh seperti itu namun anehnya aku malah tersenyum. Tersenyum menatap malaikat penjagaku.

 

————-THE END————

 

Maaf kalau jelek.

Ditunggu komennya ya 🙂

Terima kasih 🙂